Senin, 12 November 2012

What is santri?
Pengetahuan selalu berawal dengan pertanyaan. "Mengapa blog ini dinamai 'menamaidirisantri'? Tentu pertanyaan inilah yang pertama dan utama muncul dalam benak dan pikiran para pembaca. Lalu apakah santri itu. Inilah yang pertama-tama dibahas di blog ini. Istilah santri sudah tidak asing lagi di telinga kita yang berada di wilayah bumi bagian Indonesia tentunya sejak pertama kali pondok pesantren didirikan di Indonesia (Pesantren sidogiri). 
Apakah santri hanya sekedar asal pakai sarung dan kopyah, kemudian memaknai kitab kuning dan berkediaman di podok pesantren? 
Ada berbagai versi makna kata santri itu sendiri menurut para bahasawan. Berikut penulis paparkan beberapa pembahasan mengenai makna kata santri yang dikutip dari http://pengertianpengertian.blogspot.com/2012/01/pengertian-santri.html

pengertian santri

Menurut penelitian Johns, istilah kata “santri” berasal dari bahasa tamil yang berarti “guru mengaji”. Sedangkan C.C Berg berpendapat bahwa istilah santri berasal dari kata “shastri”, yang dalam bahasa India berarti “orang yang mengetahui buku-buku suci agama hindu”. Pendapat ini didukung oleh Karel. A. Steenbrink, yang menyatakan bahwa pendidikan pesantren, dilihat dari segi bentuk dan sistemnya, memang mirip dengan pendidikan ala Hindu di India.[1]
Ada juga yang berpendapat bahwa kata “santri” berasal dari kata sastri, sebuah kata dari bahasa Sansekerta yang artinya “melek huruf” alias  bisa membaca. Pendapat ketiga mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa jawa, dari kata cantrik, yang berarti “seseorang yang selalu mengikuti gurunyaa kemanapun gurunya pergi/menetap.” [2]
Terlepas dari asal usul kata santri, jika ditelusuri secara mendalam, maka kata “santri” mengandung beberapa arti:
Pertama; tiga matahari. Pengertian ini diambil dari kata san dan tri. “san” adalah bahasa inggris yang sudah diIndonesiakan, yang asalnya adalah Sun (matahari). Sedangkan “tri” juga bahasa inggris yang berarti tiga. Sehingga bila disusun, santri mengandung arti “tiga matahari”. Adapun yang dimaksud tiga matahari itu adalah Iman, Islam, dan Ihsan. Ini menunjukkan bahwa santri adalah orang yang berpegang teguh pada Iman, Islam, Ihsan.
Kedua; arti santri adalah jagalah tiga hal. Pengertian ini mengambil dari kata “San” dan “Tri” juga. “San” adalah bahasa arab yang sudah di-Indonesiakan, yang berasal dari kata Sun (jagalah). Sedangkan “Tri” adalah bahasa Inggris yang berartikan tiga. Jika disusun, mengandung arti “jagalah tiga hal”. Tiga hal tersebut adalah, (1) jagalah ketaatan kepada Allah, (2) Jagalah ketaatan kepada Rasul-Nya dan (3) para pemimpin.
Ketiga: jika ditulis dengan tulisan arab, maka kata “santri” terdiri dari lima huruf, yaitu : س, ن, ت, ر, ي. Artinya ialah:
·         سِيْنَ  (sin) asalnya yaitu سَتْرُ الْعَوْرَةِ  (menutup aurat). Arti ini memberi kepahaman bahwa santri termasuk orang yang selalu menutup aurat sekaligus berpakaian sopan.
·         نُوْن (nun) asalnya  نَهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِadalah (meninggalkan maksiat). Pengertian ini menunjukkan bahwa kata santri adalah orang yang meninggalkan perbuatan maksiat.
·          رَاءْ(ra’) asalnya ialah  تَرْكُ الْمَعَاصِيْ(menjaga diri dari hawa nafsu). Ini berarti para santri adalah orang yang selalu menjaga hawa nafsunya, agar tidak terjerembab dalam kenistaan.
·         )  ياَءْ Ya) asalnya yaitu  يَقِيْنٌ(yakin/mantab). Hal ini memberi pemahaman bahwa santri adalah orang yang selalu yakin dan mantap dengan cita-citanya. Karena para santri umumnya meyakini salah satu kandungan ndham imrithi:
إِذِ الْفَتَي حَسْبَ اِعْتِقَاَ دِهِ رُ فِعْ # وَ كُلُّ مَنْ لَمْ يَعْتَقِدْ لَمْ يَنْـتَفِعْ
Artinya: “ketinggian derajat pemuda, tergantung pada keyakinannya. Setiap orang yang tidak mempunyai keyakinan, maka ia tidak ada gunannya”.
Sedangkan menurut Dr. KH. M.A Sahal Mhafud, yang menilai kata santri berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata “santaro”, yang berarti “menutup”. Kalimat ini mempunyai bentuk jamak (plural) sanaatir (beberapa santri).
Sementara KH. Abdullah Dimyathy (alm) dari Pandeglang Banten, berpendapat bahwa kata santri mengimplementasikan fungsi manusia, dengan 4 huruf yang dikandungnya : sin = “satrul al aurah” (menutup aurat), Nun = “na’ibul ulama” (wakil dari ulama), Ta’ = “tarkul al ma’ashi” (meningglkan kemaksiatan), Ra’ = “ra’isul ummah” (pemimpin ummah).[3]
Semoga sedikit pembahasan ini dapat menggugah kita (pembaca dan penulis) untuk mengembalikan kejatidiran santri (di hadapan Nya tentunya) yang sesungguhnya..

Rabu, 19 September 2012

HATI BERTAUT HATI


TERMINOLOGI HATI DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ISLAM*

Segala puji bagi Allah Yang Maha Sempurna dalam segala sifat dan perbuatan-Nya, Yang Maha Adil dalam segala hukum-Nya, Yang Maha Bijaksana dalam segala keputusan-Nya.
Selawat dan salam buat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah diutus untuk sebagai pembawa rahmat kepada seluruh alam.
Berikutnya terima kasih banyak kami ucapkan kepada panitia seminar, yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk sebagai pembicara dalam kesempatan ini. Semoga Allah memberikan taufiq dan ‘inayah kepada kami dalam menyampaikan makalah kami pada kesempatan ini.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini kami kami diberi kepercayaan oleh panitia untuk berbicara tentang: “Terminologi Hati Ditinjau Dari Sudut Pandang Islam”.
Makalah ini kami bagi kepada beberapa pokok bahsan:
  1. Muqaddimah.
  2. Kosep hati menurut Islam.
  3. Makna dan pengertian hati.
  4. Ciri dan sifat hati yang baik.
  5. Bentuk dan jenis penyakit hati.
  6. Tips dan trik mengobati hati yang sakit.
  7. Tindakan proventif dalam menjaga hati.
  8. Konsep Aqidah Terkait  hati:
  9. Penutup dan kesimpulan.


2. Konsep Hati Menurut Islam

Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ [التين/4]
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Namun perlu kita ketahui bahwa kerupawanan seseorang akan membawa kepada kehinaan bila tidak disertai oleh keindahan hati yang dihiasi oleh iman dan amal sholeh.
Sebagaimana lanjutan dari firman Allah di atas:
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ [التين/5، 6]
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang sehina-hinanya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.
Dari sini dapat kita pahami bahwa pokok kemulian bukanlah pada rupa, serta tidak pula pada harta dan jabatan. Akan tetapi Allah memandang kepada hati dan amalan seseorang.
Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«إِنَّ اللّه تَعَالَى لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ» رواه مسلم.
“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta kalian, dan akan tetapi Ia memandang kepada hati dan amalan kalian”.
Namun penentu baik dan buruknya amalan seseorang amat bergantung kepada hati. Maka hati adalah bagaikan generator bagi seluruh anggota badan. Kedudukan hati di antara anggota badan bagaikan raja di tengah kerajaan. Semua gerak-gerik anggota badan akan bergantung kepada hati sebagaimana gerak-gerik anggota pasukan bergantung kepada raja. Bila raja bersifat baik maka prajuritnya pun akan baik pula, sebaliknya bila raja memiliki prilaku buruk maka bala tentaranya pun akan berprilaku buruk pula.
Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggambarkan kepada kita tentang hal tersebut dalam sabdanya:
«أَلا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ» رواه البخاري ومسلم.
“Ketahuilah! Sesungguhnya dalam tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah! ia adalah hati”.
Hati adalah ciptaan Allah yang luar biasa, dimana hati menyimpan berjuta-juta rahasia yang tidak mungkin untuk diketahui manusia kecuali segelitir saja dari rahasia-rahasia tersebut. Ini menunjukkan betapa luasnya ilmu dan kekuasaan Allah. Maka oleh sebab itu menyuruh kita agar merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah pada diri kita.
Sebagaimana Allah perintahkan dalam Al Qur’an:
وَفِي الْأَرْضِ آَيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ (20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ [الذاريات/20، 21]
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Semoga melalui apa yang kita bahas pada kesempatan kali ini dapat sebagai mediator untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah. Disaat kita mencoba mengenal sekelumit dari keluarbiasaan kekuasaan Allah dalam diri kita.

3. Makna Dan Pengertian Hati

Kata-kata hati dalam bahasa arab dinamai dengan beberapa nama, diantaranya: Al Qalbu, Al Fuadu, dan Ash Shadru.
Dinamakan dengan Al Qalbu dengan dua sebab;
Pertama: karena ia menunjukkan pusat (jantung) sesuatu, sebagaimana kota makkah disebut Qalbul Ardhi (pusat bumi) karena letaknya di tengah-tengah bumi. Sebagaimana hati dalam tubuh manusia adalah pusat kembali segala aktifitas tubuh.
Kedua: karena sifatnya berbolak-balik.
Sebagaimana disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلَابًا مِنَ القِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْياً» رواه أحمد (6/4)، وصححه الألباني فِي “الصحيحة” (1772).
“Sungguh hati anak Adam lebih cepat berbolak-balik dari periuk yang sedang sangat mendidih”.
Dan dinamakan Al Fuadu, karena bermacam-macamnya pikiran, keyakinan dan perasaan yang tersimpam dalamnya.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam Al Qur’an:
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [الإسراء/36]
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya“.
Maka hati akan ditanya tentang apa yang ia pikirkan dan apa yang diyakininya.
Dan dinamakan Ash Shadru (dada).
Sebagaimana Allah sebutkan dalam firma-Nya:
{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ} [غافر/19]
“Dia mengetahui mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati”.
Karena tempat hati terletak dalam dada, sebagaimana firman Allah:
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ [الحج/46]
“Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.
  • Pebedaan antara hati dan otak.
Otak dalam bahasa arab disebut dengan Ad Dimaahg dan Al Mukh.
Menurut sebagian ahli kesehatan bahwa akal tempatnya di otak, akan tetapi menurut para ulama Islam akal tempatnya di hati. Dianatara para ulama tersebut seperti Al Qurtubi[1], Al baghawi dalam kitab tafsirnya[2], Ibnu Taimiyah dalam kitab majmu’ fatawa[3] dan Ibnu Katsir dalam tafsirnya[4].
Mereka para ulama tersebut berpegang kepada firman Allah:
{أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِى الارْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ} (الحج : 46)
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memikirkan”.
Dan firman Allah:
{لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا} (الأعراف : 179)
“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak mereka pergunakan untuk memikirkan (ayat-ayat Allah)“.
Syeikh Islam ibnu Taimiyah dan murid beliau Ibnul Qoyyim menjelaskan hubungan antara dua unsur yang terpenting diatas, yaitu hubungan anatara hati dan otak.
Berkata syeikh Islam Ibnu Taimiyah: Sumber pikiran dan pandangan berasal dari otak sedangan sumber emosional (Irodah) adalah berasal dari hati.
Berkata Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya “At Tibyaan fi Aqsaamil Qur’an“: Mani bila telah berumur enam hari apabila ia membeku timbul di tengah-tengahnya suatu titik maka itulah tempat jantung. Kemudian muncul satu titik pula diatasnya maka itu adalah otak. Lalu muncul pula satu titik di arah kanannya maka itulah hati (al kabid). Kemudian titik tersebut semakin berkembang”.
  • Perbedaan antara hati dan jantung.
Sering dalam bahasa sehari-hari kita memahami bahwa hati adalah bagian tubuh yang disebut dalam bahasa arabnya Al Kibdah. Pada hal dalam Al Qur’an dan sunnah serta penjelasan para ulama yang disebut hati adalah yang disebut jantung dalam bahasa kita sehari-hari. Maka oleh sebab itu penyakit serangan jantung dalam bahasa Arab disebut saktatul Qalb.
=Bersambung insya Allah=
Artikel www.Dzikra.com

*: Makalah ini pernah disampaikan Disampaikan Dalam Seminar Nasional Tgl: 13 Juni 2010 di Widyloka Universitas Brawijaya Malang.
[1]  Al Jaami’ Liahkaamil Qur’an: 2/36.
[2]  Ma’aalimut Tanziil: 7/152.
[3]  : 9/303.
[4]  Tasir Al Qur’anul ‘Azhiim: 4/508.
copas dari http://dzikra.com/terminologi-hati-dalam-pandangan-islam-bagian-1/